HEURISTIK
Oleh:
Sarkowi
Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan
Islam
Fakultas Adab dan Humaniora IAIN Raden
Fatah Palembang
A. Pendahuluan
Sebuah karya ilmiah dapat dikatakan
ilmiah apabila telah melalui beberapa proses penelitian dan pembuktian. Dalam hal
ini, seorang peneliti sudah pasti menggunakan metode atau cara, jalan atau
petunjuk pelaksanaan dan teknis, untuk mencapai hasil yang diinginkan.[1] Metode ini
merupakan syarat dalam penelitian-penelitian ilmiah yang telah banyak dibahas
dalam metodologi penelitian sejarah. Harus kita bedakan antara metode dan
metodologi penelitian, metode adalah sebuah usaha atau cara dalam pengumpulan
sumber-sumber atau data-data yang diteliti, sedangkan metodologi adalah ilmu
yang membahas atau membicarakan tentang bagaimana cara dan teknis untuk
mendapatkan tujuan tersebut, dengan kata lain dapat dikatakan bahwa metode
adalah praktek dan metodologi adalah teorinya.[2]
Memang tidak
bisa dipungkiri bahwa keberhasilan seorang peneliti dalam usahanya mengungkap
dan merekonstruksi masalah-masalah sejarah adalah merupakan metode yang
digunakannya amatlah efesien, akan tetapi perlu diketahui bahwa sebuah
penelitian mempunyai sumber-sumber dan data-data yang tidak mungkin terdapat
pada satu tempat dan ruangan yang sama. Oleh karena itu hal yang wajar jika
peneliti harus mengikuti metode penelitian atau langkah-langkah penulisan
sejarah diantaranya; Heuristik (Pengumpulan data atau sumber), kritik (kritik
sumber), Interpretasi (Penafsiran) dan Histiografi (penulisan sejarah).
Melihat dari
pentingnya keempat metode penulisan sejarah tersebut maka dalam tulisan ini
penulis akan mencoba memfokuskan pada metode Haeuristik yang merupakan langkah
awal dalam usaha penelitian sejarah. Heuristik merupakan bagian dari penelitian
sejarah. Heuristik adalah upaya penelitian yang mendalam untuk menghimpun
jejak-jejak sejarah atau mengumpulkan dokumen-dokumen agar dapat mengetahui
segala bentuk peristiwa atau kejadian-kejadian bersejarah di masa lampau.
Jejak-jejak atau
dokumen-dokumen yang berhasil dihimpun itu merupakan data-data yang sangat
berharga sehingga dapat dijadikan dasar untuk menelusuri peristiwa-peristiwa
sejarah yang telah terjadi di masa lampau. Namun, untuk menemukan jejak-jejak
sejarah atau dokumen-dokumen bersejarah itu tidaklah mudah . Para ahli atau
sejarawan mulai dengan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya tentang
peristiwa sejarah yang akan ditelitinya.[3]
Mencari jejak
sejarah tidak jauh berbeda dengan mencari jejak binatang buruan. Seorang
pemburu hendaknya telah mengetahui ke arah mana binatang buruannya berjalan,
sehingga mereka dapat melakukan penghadangan pada jalan-jalan yang akan dilalui
oleh binatang buruan itu. Seorang ahli atau sejarawan hendaknya telah memiliki
suatu informasi yang akurat tentang keberadaan dan kebenaran suatu peristiwa
sejarah.
Maka pada
tulisan ini akan dibahas pengertian heuristik, dan cara penemuan sumber-sumber sejarah dan
Objek atau sasaran pengumpulan data.
B. Pengertian Heuristik
Kata heuristik berasal dari kata
Yunani heurishein, artinya memperoleh,[4] ada juga yang
mengatakan bahwa akar katanya adalah eureka yang artinya sama yaitu
untuk menemukan, memperoleh atau mendapat. Dalam bahasa Inggris heuristic
adalah; of or relating to or using a general formulation that serves to
guide investigation (dari atau berhubungan dengan atau menggunakan
formulasi umum yang berfungsi untuk membimbing penyelidikan) dan Serving to
discover or find out (Melayani untuk
menemukan atau mencari tahu).[5]
Heuristik dalam bahasa Jerman adalah Quellenkunde artinya sebuah kegiatan
mencari sumber-sumber untuk mendapatkan data-data, atau materi sejarah atau
evidensi sejarah.[6]
Dari berbagai pengertian diatas dapat
ditarik kesimpulan bahwa heuristik adalah usaha dan teknis atau cara untuk
menemukan, menyelidiki, mengumpulkan sumber- sumber sejarah atau penelitian.
Dalam hal ini, meurut G. J. Ranier, Heuristik adalah suatu teknik, suatu seni
dan bukan suatu ilmu. Oleh karena itu, heuristik tidak mempunyai
peraturan-peraturan umum. Heuristik seringkali merupakan suatu keterampilan
untuk menemukan, mengenai dan memperinci bibliografi, atau mengklasifikasi dan
merawat catatan-catatan.[7]
Tahap
heuristik ini banyak menyita waktu, teaga, biaya, pikiran dan juga perasaan.
Maka jika tahapan ini telah berhasil dengan sempurna seolah mendapatkan sebuah
tambang emas, namun jika gagal dalam usaha pencarian itu kedalam dan luar
negeri bahkan kemana-mana bisa jadi frustasi yang akan terjadi. Oleh sebab itu
sebelum mengalami hal yang terakhir ini, seyogyanya terlebih dahulu menggunakan
kemampuan pikiran untuk mengatur strategi: dimana dan bagaimana kita akan
mendapatkan bahan-bahan tersebut; siapa-siapa atau instansi apa yang dapat kita
hubungi; berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk perjalanan, akomodasi kalau
ke tempat-tempat lainnya, untuk fotocopy, informan dan lain-lain.[8]
Selanjutnya setelah persiapan sedemikian selesai maka terjun kelapangan dengan
segala persiapan dan ilmu yang ada agar tidak terjadi kesulitan-kesulitan saat
realisasi atau prakteknya.
C. Sumber-sumber Sejarah
Kajian budaya, dengan perioritas
objek yang bersumber dalam kehidupan masyarakat, maka di antara metode
pengumpulan data yaitu, pengumpulan data lapangan dan data pustaka, data
lapanganlah yang dianggap lebih penting,[9] karena dua
alasan. Pertama, sebagai museum hidup, berbeda dengan karya kultural
yang menggunakan data yang sudah mengalami perubahan bentuk seperti karya seni,
data lapangan menyediakan data asli sebagaimana adanya. Kedua, dengan
adanya interaksi langsung dalam proses komunikasi data lapangan dengan
sendirinya menyediakan informasi yang lebih jauh kaya.[10]
Dalam mencari
dan mengumpulkan data-data dan sumber sejarah, diperlukan langkah-langkah
sebagai berikut.
a.
Klasifikasi
Sumber Sejarah
Sumber-sumber
sejarah adalah alat-alat, bukan tujuan-tujuan itu sendiri bagi sejarawan.
Sejarawan hanya tertarik pertama-tama kepada isi dan sumber-sumber, dalam
kesaksian (testimoni) atau informasi yang ditemukan dalam sumber-sumber itu.
Tetapi pertama ia harus menemukan terlebih dahulu sumber-sumber itu untuk
mendapatkan kesaksian. Sumber-sumber dan ilmu bantu (auxiliary sciences) yang
membantu sejarawan untuk menemukan mengetahui dan memahami sumber-sumber itu
adalah muntlak perlu.[11]
Sumber
sejarah berdasarkan jenisnya terbagi
menjadi dua bagian yaitu sumber tertulis dan sumber lisan. Sumber tertulis
adalah sumber-sumber seperti yang terdapat pada naskah-naskah, kronik,
manuskrip dan sebagainya yang berupa tulisan. Sedangkan Sumber lisan adalah
sumber sejarah yang berasal dari saksi sejarah atau orang yang saat itu menyaksikan,
merekam dan atau keturunan pelaku sejarah itu sendiri yang paham dengan sejarah
moyangnya.
Sumber-sumber dapat diklafikasikan
dengan beberapa cara : Mutakhir atau kontemporer dan lama; formal dan informal;
juga pembagian menurut asal (dari mana asalnya), isi (mengenai apa), dan tujuan
(untuk apa) yang masing-masing dibagi-bagi lebih lanjut menrut waktu, tempat,
dan cara atau produknya.[12]
PENINGGALAN-PENINGGALAN
(Relics,
Remains)
(pelatar fakta
yang tidak direncanakan)
a.
peninggalan-peninggalan manusia,
surat, sastra, dokumen umum, catatan bisnis dan inskripsi tertentu.
b.
Bahasa, adat-istiadat, dan
lembaga-lembaga
c.
Alat-alat dan artefak lainnya.[13]
CATATAN-CATATAN
(Records)
(pelantar fakta
yang direncanakan)
Tertulis
a.
kronik, annal, biografi, geneologi;
b.
memoir, catatan harian
c.
sejumlah inskripsi tertentu
Lisan
d.
balada, anekdot, cerita dan saga.
e.
Fonograf dan tape recording
Karya seni
f.
Potret, lukisan-lukisan sejarah,
patung, mata uang dan medali
g. Sejumlah
film tertentu, kineskop, dll. [14]
Ini
lah sejumlah pengklasifikasian sumber yang beradaptasi dari tulisan John Martin
Vancient oleh Jacques Barzun dan Hendry F. Graf, 1970: 148
b.
Instrumen
Pengumpulan Data
Masalah penelitian tentu saja akan
mengalami kesulitan dan hambatan-hambatan tertentu, namun hal yang demikian
sudah ada solusi dan jalan keluarnya asalkan ada kemauan untuk menemukan dan
mencari secara teliti dan seksama dengan berbagai petunjuk dan metode
pengumpulan data yang ada.
Jika sumber
sejarahnya berupa data-data yang masih sulit ditemukan maka dalam hal ini ada
beberapa instrumen pengumpulan data sebagaimana berikut: observasi (pengamatan),
wawancara (Interview), dan kuisioner (angket).[15]
Observasi.
Adalah
alat pengumpulan data yang dilakukan cara mengamati dan mencatat secara
sistematik gejala-gejala yang diselidiki. Dalam hubungan itu Yehoda dan
kawan-kawan menjelaskan, pengamatan akan menjadi alat pengukur data yang baik
apabila:[16]
[a] mengabdi pada tujuan penelitian; [b] direncanakan secara sitematik; [c] dicatat
dan dihubungkan dengan proposisi-proposisi yang umum; dan [d] dapat dicek dan
dikontrol validitas, reliabilitas dan ketelitiannya.
Wawancara.
Adalah
proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dalam mana
dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung
informasi-informasi atau keterangan-keterangan.[17]
Kuisioner.
Adalah
suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai sesuatu masalah atau
bidang yang akan diteliti. Untuk memperoleh data, angket disebarkan kepada
responden (orang-orang yang menjawab atau diselidiki), terutama pada penelitian
survey.[18]
Ketiga
Insturmen tersebut merupakan alat pendukung penelitian atau pengumpulan sumber
data yang sering digunakan peneliti untuk mempermudah penemuan informasi data
yang diperlukan.
c.
Tempat
sumber-sumber ditemukan
Tidak jarang sejarawan yang sedang
melakukan pengumpulan materi mengenai topik yang ingin ditelitinya menemukan
bahwa sumber-sumber itu telah ditemukan, otentitasnya telah ditegakkan (kritik
ekstern), Kredibilitasnya telah dinilai (kritik interen), dan sumber2 itu
tinggal menunggu saja untuk digunakan.[19] Sumber-sumber
sejarah dapat ditemukan: perpustakaan, arsip, dan museum.
Perpustakaan.
Seperti yang kita ketahui perpustakaan adalah sebuah tempat atau bangunan yang
berfungsi untuk menyimpan, merawat dan mengkoleksi buku-buku, dokumen-dokumen
penting, manuskrip dan data-data lainnya. Sehingga sewajarnyalah kalau seorang
peneliti harus menuju perpustakaan untuk menemukan sumber penelitian yang
dibutuhkannya.
Arsip.
Hampir
serupa dengan perpustakaan Arsip juga tempat menyimpan buku-buku dan dokumen
penting, namun dalam hal ini Arsip lebih cenderung menyimpan catatan-catatan
badan pemerintahan, lembaga-lembaga, keluarga dan individu, peta, rekaman suara
dan mater dokumen penting lainnya, yang dibuat atau diterima dalam rangka
melaksanakan hukum undang-undang.[20]
Museum.
Adalah
tempat yang menyimpan benda-benda sejarah yang berharga, seperti
Artefak-artefak, manuskrip, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan
benda-benda sejarah yan berarti.[21]
Ditempat-tempat tersebut
itulah yang sangat dibutuhkan oleh peneliti dalam penelitiannya, meskipun dalam
tempat-tempat tersebut kurang lengkap, setidaknya sejumlah informasi ditemukan
pada tempat-tempat tersebut sebagai acauan awalnya.
D.
Simpulan
Heuristik
menurut bahasa adalah kata yang diambil dari bahasa Yunani heurishein
yang artinya mendapatkan atau mengumpulkan. Jadi, menuru istilah heuristik
adalah sebuah usaha dalam pencarian, pengumpulan dan pendapatan data-data
sejarah. Heuristik banyak sejarawan berpendapat bukan merupakan sebuah ilmu
akan tetapi lebih kepada seni atau keterampilan dalam mendapatkan dan
mengumpulkan sumber-sumber atau data sejarah yang diperlukan oleh peneliti.
Banyak diantara ilmuawan menyimpulkan bahwa dalam
metode heuristik ini adalah langkah-langkah yang banyak menyita waktu, tenaga,
biaya dan pikiran serta perassan dalam arti penuh dengan pengorbanan. Jadi
apabila yang dicari didapat atau ditemukan diibaratkan menemukan sebuah tambang
emas., namun jika sudah dicari kemana-mana bahkan sampai keluar negeri tidak
kunjung ditemui maka tidak jarang banyak yan frustasi karenanya. Oleh karena
itu heuristik langkah awal yang sangat terpenting dalam penelitian.
Referensi
Cholid Nurbuko dan Abu Achmadi, Metodologi
Penelitian, (Jakarta : Bumi Aksara, 2012)
Dudung
Abdurrahman, Metodologi Penenlitian Sejarah Islam. (Yogyakarta: Penerbit
Ombak, 2011)
Helius Sjamsuddin. Metodologi
Sejarah, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012)
Mardalis, Metode Penelitian
Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012)
Nyoman Kutha Ratna. Metodologi
Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu Sosial Humaniora pada Umumnya,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010),
http://supeksa.wordpress.com/2010/11/19/pengertian-heuristik-sumber-sumber-bukti-dan-fakta-dalam-sejarah
http://artikata.com/arti-88258-heuristic.html
diakses pada 1 April 2013
[1] Dudung Abdurrahman, Metodologi
Penenlitian Sejarah Islam. (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2011) hal 104
[2] Ibid
[3]http://supeksa.wordpress.com/2010/11/19/pengertian-heuristik-sumber-sumber-bukti-dan-fakta-dalam-sejarah.
diakses pada 1 April 2013, 06:30 wib.
[4]Dudung Abdurrahman, Metodologi
Penenlitian Sejarah Islam, hal 105
[5]http://artikata.com/arti-88258-heuristic.html
diakses pada 1 April 2013, 06:30 wib.
[6] Helius Sjamsuddin. Metodologi
Sejarah, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012) hal 67
[9] Nyoman Kutha Ratna. Metodologi
Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu Sosial Humaniora pada Umumnya,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hal 188
Tidak ada komentar:
Posting Komentar