Senin, 22 April 2013

Metode Penelitian Sejarah; Heuristik


HEURISTIK

Oleh:
Sarkowi
Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam
Fakultas Adab dan Humaniora IAIN Raden Fatah Palembang

A.      Pendahuluan
Sebuah karya ilmiah dapat dikatakan ilmiah apabila telah melalui beberapa proses penelitian dan pembuktian. Dalam hal ini, seorang peneliti sudah pasti menggunakan metode atau cara, jalan atau petunjuk pelaksanaan dan teknis, untuk mencapai hasil yang diinginkan.[1] Metode ini merupakan syarat dalam penelitian-penelitian ilmiah yang telah banyak dibahas dalam metodologi penelitian sejarah. Harus kita bedakan antara metode dan metodologi penelitian, metode adalah sebuah usaha atau cara dalam pengumpulan sumber-sumber atau data-data yang diteliti, sedangkan metodologi adalah ilmu yang membahas atau membicarakan tentang bagaimana cara dan teknis untuk mendapatkan tujuan tersebut, dengan kata lain dapat dikatakan bahwa metode adalah praktek dan metodologi adalah teorinya.[2]
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa keberhasilan seorang peneliti dalam usahanya mengungkap dan merekonstruksi masalah-masalah sejarah adalah merupakan metode yang digunakannya amatlah efesien, akan tetapi perlu diketahui bahwa sebuah penelitian mempunyai sumber-sumber dan data-data yang tidak mungkin terdapat pada satu tempat dan ruangan yang sama. Oleh karena itu hal yang wajar jika peneliti harus mengikuti metode penelitian atau langkah-langkah penulisan sejarah diantaranya; Heuristik (Pengumpulan data atau sumber), kritik (kritik sumber), Interpretasi (Penafsiran) dan Histiografi (penulisan sejarah).
Melihat dari pentingnya keempat metode penulisan sejarah tersebut maka dalam tulisan ini penulis akan mencoba memfokuskan pada metode Haeuristik yang merupakan langkah awal dalam usaha penelitian sejarah. Heuristik merupakan bagian dari penelitian sejarah. Heuristik adalah upaya penelitian yang mendalam untuk menghimpun jejak-jejak sejarah atau mengumpulkan dokumen-dokumen agar dapat mengetahui segala bentuk peristiwa atau kejadian-kejadian bersejarah di masa lampau.
Jejak-jejak atau dokumen-dokumen yang berhasil dihimpun itu merupakan data-data yang sangat berharga sehingga dapat dijadikan dasar untuk menelusuri peristiwa-peristiwa sejarah yang telah terjadi di masa lampau. Namun, untuk menemukan jejak-jejak sejarah atau dokumen-dokumen bersejarah itu tidaklah mudah . Para ahli atau sejarawan mulai dengan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya tentang peristiwa sejarah yang akan ditelitinya.[3]
Mencari jejak sejarah tidak jauh berbeda dengan mencari jejak binatang buruan. Seorang pemburu hendaknya telah mengetahui ke arah mana binatang buruannya berjalan, sehingga mereka dapat melakukan penghadangan pada jalan-jalan yang akan dilalui oleh binatang buruan itu. Seorang ahli atau sejarawan hendaknya telah memiliki suatu informasi yang akurat tentang keberadaan dan kebenaran suatu peristiwa sejarah.
Maka pada tulisan ini akan dibahas pengertian heuristik,  dan cara penemuan sumber-sumber sejarah dan Objek atau sasaran pengumpulan data.

B.       Pengertian Heuristik
Kata heuristik berasal dari kata Yunani heurishein, artinya memperoleh,[4] ada juga yang mengatakan bahwa akar katanya adalah eureka yang artinya sama yaitu untuk menemukan, memperoleh atau mendapat. Dalam bahasa Inggris heuristic adalah; of or relating to or using a general formulation that serves to guide investigation (dari atau berhubungan dengan atau menggunakan formulasi umum yang berfungsi untuk membimbing penyelidikan) dan Serving to discover or find out (Melayani untuk menemukan atau mencari tahu).[5] Heuristik dalam bahasa Jerman adalah Quellenkunde artinya sebuah kegiatan mencari sumber-sumber untuk mendapatkan data-data, atau materi sejarah atau evidensi sejarah.[6]
            Dari berbagai pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa heuristik adalah usaha dan teknis atau cara untuk menemukan, menyelidiki, mengumpulkan sumber- sumber sejarah atau penelitian. Dalam hal ini, meurut G. J. Ranier, Heuristik adalah suatu teknik, suatu seni dan bukan suatu ilmu. Oleh karena itu, heuristik tidak mempunyai peraturan-peraturan umum. Heuristik seringkali merupakan suatu keterampilan untuk menemukan, mengenai dan memperinci bibliografi, atau mengklasifikasi dan merawat catatan-catatan.[7]
Tahap heuristik ini banyak menyita waktu, teaga, biaya, pikiran dan juga perasaan. Maka jika tahapan ini telah berhasil dengan sempurna seolah mendapatkan sebuah tambang emas, namun jika gagal dalam usaha pencarian itu kedalam dan luar negeri bahkan kemana-mana bisa jadi frustasi yang akan terjadi. Oleh sebab itu sebelum mengalami hal yang terakhir ini, seyogyanya terlebih dahulu menggunakan kemampuan pikiran untuk mengatur strategi: dimana dan bagaimana kita akan mendapatkan bahan-bahan tersebut; siapa-siapa atau instansi apa yang dapat kita hubungi; berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk perjalanan, akomodasi kalau ke tempat-tempat lainnya, untuk fotocopy, informan dan lain-lain.[8] Selanjutnya setelah persiapan sedemikian selesai maka terjun kelapangan dengan segala persiapan dan ilmu yang ada agar tidak terjadi kesulitan-kesulitan saat realisasi atau prakteknya.  

C.      Sumber-sumber Sejarah
Kajian budaya, dengan perioritas objek yang bersumber dalam kehidupan masyarakat, maka di antara metode pengumpulan data yaitu, pengumpulan data lapangan dan data pustaka, data lapanganlah yang dianggap lebih penting,[9] karena dua alasan. Pertama, sebagai museum hidup, berbeda dengan karya kultural yang menggunakan data yang sudah mengalami perubahan bentuk seperti karya seni, data lapangan menyediakan data asli sebagaimana adanya. Kedua, dengan adanya interaksi langsung dalam proses komunikasi data lapangan dengan sendirinya menyediakan informasi yang lebih jauh kaya.[10]
Dalam mencari dan mengumpulkan data-data dan sumber sejarah, diperlukan langkah-langkah sebagai berikut.

a.        Klasifikasi Sumber Sejarah
Sumber-sumber sejarah adalah alat-alat, bukan tujuan-tujuan itu sendiri bagi sejarawan. Sejarawan hanya tertarik pertama-tama kepada isi dan sumber-sumber, dalam kesaksian (testimoni) atau informasi yang ditemukan dalam sumber-sumber itu. Tetapi pertama ia harus menemukan terlebih dahulu sumber-sumber itu untuk mendapatkan kesaksian. Sumber-sumber dan ilmu bantu (auxiliary sciences) yang membantu sejarawan untuk menemukan mengetahui dan memahami sumber-sumber itu adalah muntlak perlu.[11]
Sumber sejarah berdasarkan jenisnya  terbagi menjadi dua bagian yaitu sumber tertulis dan sumber lisan. Sumber tertulis adalah sumber-sumber seperti yang terdapat pada naskah-naskah, kronik, manuskrip dan sebagainya yang berupa tulisan. Sedangkan Sumber lisan adalah sumber sejarah yang berasal dari saksi sejarah atau orang yang saat itu menyaksikan, merekam dan atau keturunan pelaku sejarah itu sendiri yang paham dengan sejarah moyangnya.
            Sumber-sumber dapat diklafikasikan dengan beberapa cara : Mutakhir atau kontemporer dan lama; formal dan informal; juga pembagian menurut asal (dari mana asalnya), isi (mengenai apa), dan tujuan (untuk apa) yang masing-masing dibagi-bagi lebih lanjut menrut waktu, tempat, dan cara atau produknya.[12]





PENINGGALAN-PENINGGALAN
(Relics, Remains)
(pelatar fakta yang tidak direncanakan)
a.       peninggalan-peninggalan manusia, surat, sastra, dokumen umum, catatan bisnis dan inskripsi tertentu.
b.      Bahasa, adat-istiadat, dan lembaga-lembaga
c.       Alat-alat dan artefak lainnya.[13]


CATATAN-CATATAN
(Records)
(pelantar fakta yang direncanakan)
Tertulis
a.       kronik, annal, biografi, geneologi;
b.      memoir, catatan harian
c.       sejumlah inskripsi tertentu
Lisan
d.      balada, anekdot, cerita dan saga.
e.       Fonograf dan tape recording
Karya seni
f.       Potret, lukisan-lukisan sejarah, patung, mata uang dan medali
g.      Sejumlah film tertentu, kineskop, dll. [14]
Ini lah sejumlah pengklasifikasian sumber yang beradaptasi dari tulisan John Martin Vancient oleh Jacques Barzun dan Hendry F. Graf, 1970: 148

b.        Instrumen Pengumpulan Data
Masalah penelitian tentu saja akan mengalami kesulitan dan hambatan-hambatan tertentu, namun hal yang demikian sudah ada solusi dan jalan keluarnya asalkan ada kemauan untuk menemukan dan mencari secara teliti dan seksama dengan berbagai petunjuk dan metode pengumpulan data yang ada.
Jika sumber sejarahnya berupa data-data yang masih sulit ditemukan maka dalam hal ini ada beberapa instrumen pengumpulan data sebagaimana berikut: observasi (pengamatan), wawancara (Interview), dan kuisioner (angket).[15]
Observasi. Adalah alat pengumpulan data yang dilakukan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki. Dalam hubungan itu Yehoda dan kawan-kawan menjelaskan, pengamatan akan menjadi alat pengukur data yang baik apabila:[16] [a] mengabdi pada tujuan penelitian; [b] direncanakan secara sitematik; [c] dicatat dan dihubungkan dengan proposisi-proposisi yang umum; dan [d] dapat dicek dan dikontrol validitas, reliabilitas dan ketelitiannya.
Wawancara. Adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan.[17]
Kuisioner. Adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti. Untuk memperoleh data, angket disebarkan kepada responden (orang-orang yang menjawab atau diselidiki), terutama pada penelitian survey.[18]
            Ketiga Insturmen tersebut merupakan alat pendukung penelitian atau pengumpulan sumber data yang sering digunakan peneliti untuk mempermudah penemuan informasi data yang diperlukan.

c.         Tempat sumber-sumber ditemukan
Tidak jarang sejarawan yang sedang melakukan pengumpulan materi mengenai topik yang ingin ditelitinya menemukan bahwa sumber-sumber itu telah ditemukan, otentitasnya telah ditegakkan (kritik ekstern), Kredibilitasnya telah dinilai (kritik interen), dan sumber2 itu tinggal menunggu saja untuk digunakan.[19] Sumber-sumber sejarah dapat ditemukan: perpustakaan, arsip, dan museum.
Perpustakaan. Seperti yang kita ketahui perpustakaan adalah sebuah tempat atau bangunan yang berfungsi untuk menyimpan, merawat dan mengkoleksi buku-buku, dokumen-dokumen penting, manuskrip dan data-data lainnya. Sehingga sewajarnyalah kalau seorang peneliti harus menuju perpustakaan untuk menemukan sumber penelitian yang dibutuhkannya.
Arsip. Hampir serupa dengan perpustakaan Arsip juga tempat menyimpan buku-buku dan dokumen penting, namun dalam hal ini Arsip lebih cenderung menyimpan catatan-catatan badan pemerintahan, lembaga-lembaga, keluarga dan individu, peta, rekaman suara dan mater dokumen penting lainnya, yang dibuat atau diterima dalam rangka melaksanakan hukum undang-undang.[20]
Museum. Adalah tempat yang menyimpan benda-benda sejarah yang berharga, seperti Artefak-artefak, manuskrip, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan benda-benda sejarah yan berarti.[21]
Ditempat-tempat tersebut itulah yang sangat dibutuhkan oleh peneliti dalam penelitiannya, meskipun dalam tempat-tempat tersebut kurang lengkap, setidaknya sejumlah informasi ditemukan pada tempat-tempat tersebut sebagai acauan awalnya.

D.      Simpulan
Heuristik menurut bahasa adalah kata yang diambil dari bahasa Yunani heurishein yang artinya mendapatkan atau mengumpulkan. Jadi, menuru istilah heuristik adalah sebuah usaha dalam pencarian, pengumpulan dan pendapatan data-data sejarah. Heuristik banyak sejarawan berpendapat bukan merupakan sebuah ilmu akan tetapi lebih kepada seni atau keterampilan dalam mendapatkan dan mengumpulkan sumber-sumber atau data sejarah yang diperlukan oleh peneliti.
Banyak diantara ilmuawan menyimpulkan bahwa dalam metode heuristik ini adalah langkah-langkah yang banyak menyita waktu, tenaga, biaya dan pikiran serta perassan dalam arti penuh dengan pengorbanan. Jadi apabila yang dicari didapat atau ditemukan diibaratkan menemukan sebuah tambang emas., namun jika sudah dicari kemana-mana bahkan sampai keluar negeri tidak kunjung ditemui maka tidak jarang banyak yan frustasi karenanya. Oleh karena itu heuristik langkah awal yang sangat terpenting dalam penelitian.
Referensi

Cholid Nurbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta : Bumi Aksara, 2012)
Dudung Abdurrahman, Metodologi Penenlitian Sejarah Islam. (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2011)
Helius Sjamsuddin. Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012)
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012)
Nyoman Kutha Ratna. Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu Sosial Humaniora pada Umumnya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010),
http://supeksa.wordpress.com/2010/11/19/pengertian-heuristik-sumber-sumber-bukti-dan-fakta-dalam-sejarah
http://artikata.com/arti-88258-heuristic.html diakses pada 1 April 2013








[1] Dudung Abdurrahman, Metodologi Penenlitian Sejarah Islam. (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2011) hal 104
[2] Ibid
[3]http://supeksa.wordpress.com/2010/11/19/pengertian-heuristik-sumber-sumber-bukti-dan-fakta-dalam-sejarah. diakses pada 1 April 2013, 06:30 wib.
[4]Dudung Abdurrahman, Metodologi Penenlitian Sejarah Islam, hal 105
[5]http://artikata.com/arti-88258-heuristic.html diakses pada 1 April 2013, 06:30 wib.
[6] Helius Sjamsuddin. Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012) hal 67
[7] Dudung Abdurrahman, Metodologi Penenlitian Sejarah Islam. Hal 105
[8] Helius Sjamsuddin. Metodologi Sejarah, hal 67-68
[9] Nyoman Kutha Ratna. Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu Sosial Humaniora pada Umumnya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hal 188
[10] Ibid.,
[11] Helius Sjamsuddin. Metodologi Sejarah, hal 75
[12] Ibid.,76
[13] Ibid.,
[14] Ibid.,
[15] Cholid Nurbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta : Bumi Aksara, 2012), Hal 70
[16]  Ibid.,
[17] Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hal 64
[18] Ibid., hal 67
[19] Helius Sjamsuddin. Metodologi Sejarah, hal 93
[20] Ibid., hal 97
[21] Ibid., hal 99



Tidak ada komentar:

Posting Komentar